Selasa, 24 Desember 2019

PENGABDI TOPI HITAM

Aku tertawa diatas garam-garam laut
Membangun kenangan pada ranting-ranting gunung
Tanpa menyadari luka-luka yang terus tumbuh

Waktu terus berlari mengejar matahari
Aku terdiam pada bait-bait kata yang menunggu untuk di raba
Hutangku pada pria bekemeja biru muda
Yang meninggalkanku pada lorong dengan kursi-kursi hitam
Tenggelam pada kebosanan

Menit pertama aku bahagia
Menit kedua aku tertawa
Menit ketiga aku menangis
Menit ke tiga puluh depalan ribu aku terkurung dalam penyesalan

Aku menipu rahim yang melawan api di atas terpal
Menipu doa-doa yang terbang menembus angina
Berdusta pada pengabdi malam
Aku menipu otot-otot yang menyalakan mesin diesel
Dari padanya keluar air yang menyusuri tapak-tapak tanah
Melahirkan kristal-kristal asin

Meski aku berjalan melewati pencakar langit
Menekan nada-nada kotak pengirim
Berjalan di atas rangkaian aksara
Aku tetap menipu 

Aku pengabdi topi hitam
Yang menyamar pada sekawanan gagak pemakan bangkai kejujuran
Rambutku terjuntai pada pukul 9 pagi dan kakiku terbang diatas ilalang yang hangat
Terbuai dalam warna-warna layar menunggu untuk dibangunkan

Kelak jika aku mampu berlari
Lolos dari lingkaran penyesalan
Akan kubeli kembali senyum-senyum yang tergadaikan
Membingkai dan menggantungnya pada susunan bata merah di pinggir kebun
Senyuman yang mahal harganya
Yang hanya dapat dibeli dengan waktu.

Malang, 1 Oktober 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERMISI PALING MENYAKITKAN

Dari air yang berjuang memeluk api Dari air yang langkahnya adalah kemajemukan Dari air yang berusaha membasahi kepalamu Aku tenang y...